Profil Desa Kajangkoso

Ketahui informasi secara rinci Desa Kajangkoso mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Kajangkoso

Tentang Kami

Profil Desa Kajangkoso, Pakis, Magelang. Kenali kearifan sistem pertanian tumpang sari tembakau dan sayuran di lereng Merbabu, serta peran vital masyarakat sebagai penjaga kelestarian sumber mata air bagi kehidupan dan lingkungan.

  • Sistem Tumpang Sari Tembakau dan Sayuran

    Perekonomian desa ditopang oleh kearifan lokal dalam sistem pertanian tumpang sari, di mana tanaman tembakau bernilai tinggi dibudidayakan berdampingan dengan sayuran untuk mitigasi risiko dan optimalisasi lahan.

  • Peran Komunitas sebagai Penjaga Mata Air

    Masyarakat Desa Kajangkoso secara aktif memegang peran krusial dalam menjaga dan melestarikan sumber-sumber mata air di kawasan hulu, yang menjadi penopang kehidupan bagi wilayah di sekitarnya.

  • Resiliensi Ekonomi Berbasis Kearifan Lokal

    Ketangguhan ekonomi masyarakat terbentuk dari tradisi agraris yang kuat, semangat gotong royong, serta kemampuan beradaptasi dalam menghadapi tantangan pasar dan lingkungan.

XM Broker

Desa Kajangkoso, sebuah perkampungan asri di dataran tinggi Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, menawarkan potret perdesaan yang kaya akan kearifan. Terletak di lereng Gunung Merbabu yang subur, desa ini dikenal sebagai salah satu sentra penghasil tembakau berkualitas tinggi. Namun identitas Kajangkoso tidak hanya terukir dari aroma khas daun tembakaunya. Masyarakatnya mempraktikkan sebuah seni bertani yang cerdas melalui sistem tumpang sari, sekaligus memegang teguh amanah sebagai penjaga sumber mata air. Desa ini merupakan contoh harmoni antara aktivitas ekonomi yang intensif dengan kesadaran ekologis yang mendalam.

Geografi dan Demografi di Atap Magelang

Secara geografis, Desa Kajangkoso berada pada ketinggian yang membuatnya beriklim sejuk dan ideal untuk pertanian spesifik. Tanah vulkanik yang gembur dan berada di lereng gunung menjadi modal utama bagi tumbuhnya tanaman tembakau yang membutuhkan drainase baik serta nutrisi melimpah. Luas wilayah Desa Kajangkoso mencakup area sekitar 3,79 kilometer persegi (3,79 km2). Wilayahnya berbatasan langsung dengan desa-desa tetangga di Kecamatan Pakis, yang umumnya memiliki karakteristik topografi serupa.Adapun batas-batas administratifnya meliputi: di sebelah utara berbatasan dengan Desa Ketundan; di sebelah timur berbatasan dengan Desa Kaponan; di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pogalan; dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Gejagan. Lanskap desa didominasi oleh ladang-ladang pertanian yang dibuat dengan sistem terasering untuk menyesuaikan dengan kontur lahan yang miring, menciptakan pemandangan yang memanjakan mata.Menurut data kependudukan dari Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Kajangkoso memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.980 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, maka tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 1.050 jiwa per kilometer persegi (1.050 jiwa/km2). Mayoritas mutlak penduduknya berprofesi sebagai petani, yang kehidupannya sangat bergantung pada siklus cuaca dan dinamika pasar komoditas pertanian, khususnya tembakau.

Tembakau dan Tumpang Sari: Seni Bertani di Lahan Miring

Denyut nadi perekonomian Desa Kajangkoso sangat ditentukan oleh komoditas tembakau. Tanaman ini menjadi primadona dan sumber pendapatan utama bagi sebagian besar keluarga. Tembakau yang dihasilkan dari wilayah Pakis, termasuk Kajangkoso, dikenal memiliki kualitas unggul yang diminati oleh industri rokok. Proses budidayanya, mulai dari penyemaian bibit, penanaman, perawatan, hingga panen dan proses perajangan daun, memerlukan ketelatenan dan keahlian khusus yang telah diwariskan secara turun-temurun.Namun, yang membuat sistem pertanian di Kajangkoso istimewa ialah penerapan pola tanam tumpang sari. Para petani tidak menanam tembakau secara monokultur. Di antara barisan tanaman tembakau, mereka menanam berbagai jenis sayuran seperti bawang putih, cabai, atau aneka polong-polongan. Sistem ini merupakan wujud kearifan lokal dalam manajemen risiko dan optimalisasi lahan.Pola tumpang sari memberikan sejumlah keuntungan strategis. Pertama, ia menjadi jaring pengaman ekonomi. Apabila harga tembakau anjlok atau panennya kurang maksimal akibat cuaca, petani masih memiliki harapan dari hasil panen sayuran. Kedua, sistem ini memaksimalkan produktivitas lahan, di mana dalam satu kali musim tanam, petani bisa mendapatkan dua atau lebih jenis hasil panen. Ketiga, keragaman tanaman dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem tanah dan mengurangi risiko serangan hama yang masif."Kami tidak berani kalau hanya menanam tembakau saja. Harus ada selingannya, biar kalau yang satu gagal, yang lain masih bisa diharapkan. Ini sudah ajaran dari orang tua dulu," jelas seorang petani senior di Kajangkoso.

Penjaga Mata Air: Harmoni Ekonomi dan Ekologi

Di balik citranya sebagai desa penghasil tembakau, Desa Kajangkoso memegang peran yang jauh lebih fundamental: sebagai penjaga kawasan hulu dan sumber mata air. Lokasinya yang berada di dataran tinggi menjadikannya wilayah tangkapan air yang sangat vital. Kesadaran akan peran penting ini tertanam kuat di benak masyarakat. Mereka meyakini bahwa kelimpahan air yang mengaliri ladang mereka dan desa-desa di bawahnya merupakan anugerah yang harus dijaga kelestariannya.Secara komunal, masyarakat Kajangkoso aktif melakukan kegiatan konservasi di sekitar titik-titik sumber mata air. Upaya ini diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti menanam pohon-pohon keras yang dapat menahan air, membuat aturan lokal untuk tidak menebang pohon di area resapan dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar sumber air dari sampah atau polutan. Salah satu sumber air yang dijaga kelestariannya ialah Grojogan Kapuhan, yang tidak hanya menjadi sumber irigasi tetapi juga potensi wisata alam.Peran sebagai penjaga mata air ini menunjukkan adanya harmoni antara kegiatan ekonomi (pertanian) dan kesadaran ekologi. Masyarakat memahami bahwa praktik pertanian yang intensif harus diimbangi dengan upaya menjaga lingkungan, karena keberlanjutan pertanian mereka sangat bergantung pada ketersediaan air yang lestari.

Tradisi Agraris dan Kehidupan Sosial Masyarakat

Kehidupan sosial di Desa Kajangkoso sangat erat kaitannya dengan tradisi agraris. Semangat kebersamaan atau gotong royong masih sangat kental terasa, terutama saat musim tanam dan musim panen tembakau tiba. Proses panen dan perajangan daun tembakau yang membutuhkan banyak tenaga kerja seringkali dilakukan secara bersama-sama antartetangga, menciptakan ikatan sosial yang kuat.Selain itu, berbagai ritual adat yang berhubungan dengan siklus pertanian juga masih sering dijumpai. Upacara sederhana seperti slametan atau wiwitan sebelum memulai masa tanam menjadi cara masyarakat untuk memanjatkan doa, memohon keselamatan, dan berharap akan hasil panen yang melimpah. Tradisi-tradisi ini bukan sekadar seremoni, melainkan cerminan dari pandangan hidup masyarakat yang menghargai alam dan Sang Pencipta. Pemerintah desa turut mendukung pelestarian tradisi ini sebagai bagian dari upaya menjaga jati diri dan kearifan lokal.

Tantangan dan Prospek di Tengah Perubahan

Sebagai desa yang bertumpu pada tembakau, Kajangkoso menghadapi tantangan yang tidak ringan. Isu kesehatan dan kampanye anti-rokok secara global memberikan tekanan pada industri tembakau, yang pada akhirnya dapat berdampak pada permintaan dan harga di tingkat petani. Ketergantungan pada rantai pasok yang dikuasai oleh tengkulak atau pabrikan besar juga seringkali menempatkan petani pada posisi tawar yang lemah. Di sisi lain, perubahan iklim menjadi ancaman nyata yang dapat mengganggu pola tanam dan produktivitas.Meskipun demikian, prospek Desa Kajangkoso tetap terbuka. Diversifikasi usaha di luar tembakau, dengan lebih mengoptimalkan komoditas sayuran dari sistem tumpang sari, dapat menjadi strategi jitu. Potensi pengembangan ekowisata berbasis konservasi mata air, seperti di Grojogan Kapuhan, juga sangat menjanjikan. Dengan mengemas narasi tentang kearifan lokal dan peran sebagai "penjaga air", Kajangkoso dapat menarik segmen wisatawan yang tertarik pada alam dan budaya.Ke depan, penguatan kelembagaan petani melalui koperasi menjadi sangat penting untuk meningkatkan nilai tawar dan membuka akses pasar yang lebih adil. Desa Kajangkoso telah memiliki modal sosial dan kearifan lokal yang kuat. Dengan sentuhan inovasi dan kemampuan adaptasi, desa ini akan mampu terus tumbuh sebagai komunitas yang tangguh, sejahtera, dan tetap setia pada perannya sebagai penjaga harmoni alam di lereng Merbabu.